Mamuju, 9 Agustus 2025 — Seleksi Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Lanjutan tingkat Provinsi Sulawesi Barat resmi ditutup hari ini, Sabtu (9/8). Penutupan kegiatan dilaksanakan di Pondok Pesantren Nahdatul Ummah (NU) Kanang, Polewali Mandar.

Kegiatan yang telah berlangsung sejak beberapa bulan terakhir ini menjadi ajang penjaringan santri-santri terbaik dari seluruh kabupaten se-Sulawesi Barat untuk tampil di MQK tingkat nasional yang akan datang.

Kabid Papkis, H. Syamsul mewakili Kakanwil Kemenag Sulawesi Barat, menutup kegiatan ini dengan menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh santri, dewan hakim, dan panitia yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam proses panjang seleksi ini.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada para santri terbaik Sulawesi Barat atas dedikasi, kesabaran, dan semangat luar biasa yang telah ditunjukkan selama lebih dari empat bulan ini. Seleksi ini bukan hanya soal siapa yang menang, tapi tentang perjalanan belajar yang luar biasa hingga tahap akhir hari ini. Kalian semua adalah kebanggaan daerah, dan kami berharap yang terpilih dapat mengharumkan nama Sulbar di tingkat nasional,” ujarnya

Santri-santri yang lolos seleksi tahap akhir ini akan mewakili Sulawesi Barat dalam MQK Tingkat Nasional yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Oktober mendatang di Sengkang, Sulawesi Selatan.

Menyongsong ajang nasional ini, Kanwil Kemenag Sulbar telah menyiapkan proses pembinaan intensif yang akan berlangsung selama dua bulan ke depan.

“Kita masih punya waktu dua bulan untuk melakukan pembinaan dan pematangan materi. Para santri yang terpilih akan didampingi secara intensif oleh tim pendamping provinsi, agar benar-benar siap bertanding dan membawa nama baik Sulbar di panggung nasional," lanjutnya

Meski proses seleksi telah ditutup, Kanwil Kemenag Sulbar menegaskan bahwa pengumuman final peserta yang akan diberangkatkan ke ajang nasional akan segera diumumkan dalam waktu dekat.

Kanwil Kemenag Sulbar berharap MQK akan terus menjadi ruang tumbuhnya semangat keilmuan klasik di kalangan santri, sekaligus menjadi jembatan penguat tradisi pesantren yang berlandaskan moderasi, toleransi, dan kedalaman ilmu.