Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Mamasa Diharapkan Perannya Sebagai Pelopor Penguatan Moderasi Beragama

Direktur Urusan Agama Kristen, Amsal Yowei saat membuka Pekan Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Mamasa di Salutambun, Mamasa. (Senin 19/06/2023)

Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Mamasa diharapkan dapat memainkan peran penting sebagai pelopor penguatan moderasi beragama, tidak hanya di lingkungan gereja, melainkan juga di tengah masyarakat, agar kedamaian dan kerukunan yang menjadi cita-cita bersama dapat selalu terjaga. Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Mamasa juga dinyatakan memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi positif tidak hanya bagi kemajuan gereja, melainkan juga untuk kemajuan bangsa dan negara.

Mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang berhalangan hadir, Direktur Urusan Agama Kristen, Amsal Yowei, menyampaikan hal tersebut dalam sambutan membuka kegiatan “Pekan Persekutuan Pemuda Gereja Toraja Mamasa (GTM) se-Provinsi Sulawesi Barat di Lapangan Salutambun Kecamatan Buntu Malangka, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, Senin (19/06/2023). Kegiatan ini akan berlangsung dari tanggal 19-26 Juni 2023. Kegiatan ini dihadiri peserta dari 71 klasis GTM, dengan jumlah umat yang hadir mencapai 12.000-an orang.

Hadir pada kesempatan ini Penjabat Gubernur Sulawesi Barat Prof. Zudan Arif Fakrulloh, Bupati Mamasa Ramlan Badawi, Wakil Bupati Mamasa Martinus Tiranda, Bupati Polewali Mandar, Andi Ibrahim Masdar, Kakanwil Kemenag Provinsi Sulawesi Barat diwakili Pembimas Kristen, Ayub, M.Pd.K., Muspida Kabupaten Mamasa, Ketua Umum Badan Pekerja Majelis Sinode GTM, Pdt. Deppatola Pawa, S.Th., MM., dan Ketua Pemuda Gereja Toraja Mamasa GTM, Eddy Depparinding.

“Kita patut bersyukur atas peristiwa penting yang kita selenggarakan hari ini, yang dapat menjadi momentum kebangkitan Pemuda Gereja Toraja Mamasa untuk memantapkan langkah dan komitmen dalam menopang karya, misi dan pelayanan Gereja Toraja Mamasa ke depan. Peristiwa ini juga perlu menjadi momentum untuk merapatkan barisan dan menyusun strategi yang efektif guna menghadapi tantangan dan arus perubahan sebagai dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang sangat massif”, demikian dikatakan Amsal.

Salah satunya dalam bidang politik dan keamanan menjelang pesta demokrasi tahun 2024, menurut Direktur pertama putra asli Papua pada Direktorat Jenderal Bimas Kristen Kemenag RI ini, masyarakat diperhadapkan dengan adanya ancaman dan potensi konflik karena munculnya kelompok-kelompok yang menjadikan agama sebagai komoditas politik. 

“Menguatnya politik identitas, ujaran kebencian, berbagai bentuk kekerasan yang mengatasnamakan agama dan tindakan intoleransi menjadi ancaman nyata disintegrasi bangsa. Kerukunan, kedamaian dan persatuan sesama anak bangsa yang telah dibangun dengan keringat dan air mata dipertaruhkan hanya untuk mengejar kepentingan pribadi dan kelompok tertentu”, ungkapnya.

Berhadapan dengan berbagai permasalahan, tantangan dan ancaman ini, menurut Amsal, sudah saatnya pemuda gereja tampil sebagai garda terdepan untuk menjaga kerukunan dan persatuan. 

“Sudah saatnya pemuda gereja hadir untuk menjadi solusi dari berbagai baik yang terjadi, baik di dalam gereja maupun di tengah masyarakat. Sudah saatnya pemuda gereja tampil sebagai pelopor atau role model kepribadian yang moderat, cinta damai dan militan dalam mengawal demokrasi dan tegaknya NKRI. Sudah saatnya pemuda gereja tampil untuk merangkul mereka yang berbeda suku, agama maupun pandangan politik.”

Bagi Amsal, pemuda bukan hanya menjadi figuran atau pelengkap, melainkan aktor utama dalam kemajuan bangsa dan gereja. Oleh karena itu dibutuhkan pemuda yang berintegritas, memiliki karakter yang kuat, dan takut akan Allah. Maka ia mengajak semua pihak untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi para pemuda untuk dapat mengekspresikan bakat dan potensinya baik di dalam lingkungan gereja maupun di tengah masyarakat. 

“Tugas menjaga keutuhan bangsa adalah tugas berat seiring dengan makin kompleksnya tantangan yang dihadapi bangsa. Oleh karena itu saya mengajak Saudara-Saudari sekalian untuk lebih aktif dan lebih giat lagi dalam mengabdi bagi tegaknya NKRI, tegaknya kedamaian dan kerukunan, melalui dukungan dan partisipasi kita dalam upaya-upaya untuk mewujudkan stabilitas keamanan serta meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.” 

Kementerian Agama, jelasnya lagi, telah menggulirkan konsep moderasi beragama sebagai benteng untuk menjaga kerukunan umat beragama. Moderasi beragama merupakan kunci terciptanya kerukunan dan toleransi. 

“Penguatan moderasi beragama pada dasarnya adalah menghadirkan negara sebagai rumah bersama yang adil dan ramah bagi seluruh warga negara untuk menjalani kehidupan beragama yang rukun, damai dan makmur”, tegas Amsal.

Lebih lanjut dijelaskannya, bahwa yang dimoderasikan dalam moderasi beragama bukanlah agama, melainkan cara beragama itu sendiri. Impelementasi moderasi beragama bermuara pada pembentukan karakter pribadi yang memegang teguh komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal. 

“Moderasi beragama perlu diimplementasikan dalam kehidupan di tengah masyarakat. Oleh karena itu kita membutuhkan pelopor moderasi beragama sebagai benteng untuk menjaga kerukunan dan kedamaian, sebagai pionir, perintis atau teladan pribadi yang moderat. Hanya dengan begitu maka kita dapat memutus mata rantai penyebaran paham-paham radikal yang berpotensi memecah belah kerukunan dan persatuan”, pungkasnya.


Wilayah LAINNYA