Jakarta, 9 Mei 2025 diadakan Munas III Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Nasional (LP3KN) di Hotel Santika, Jakarta. Munas yang sudah direncanakan beberapa bulan lalu ini dihadiri oleh seluruh pengurus LP3KD se-Indonesia, para pembimas Katolik dan utusan keuskupan. Tema yang diangkat adalah “Merawat Persaudaraan untuk Gereja dan Bangsa”.
Pada hari pertama Munas, kegiatan diisi dengan materi yang dibawakan langsung oleh Dirjen Bimas Katolik RI, Drs. Suparman, SE, M.Si dengan moderator Muliawan Margadana/Ketua LP3KN. Dalam paparannya, beliau menyampaikan Asta Cita pemerintah saat ini dan Asta Cita Kementerian Agama.
Berdasarkan kedua Asta Cita tersebut, maka Ditjen Bimas Katolik RI melanjutkan dengan program khusus yang dapat menyentuh umat Katolik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yakni: kerukunan dan cinta kemanusiaan, ekoteologi, layanan keagamaan berdamak, pendidikan unggul, ramah dan terintegrasi, pemberdayaan ekonomi umat, digitasilasi dan tata Kelola.
Dirjen juga menitipkan pesan Menteri Agama kepada para peserta Munas agar ajang Pesparani tidak dominan unsur “hura-hura” tetapi kesan liturgi yang harus muncul. Pesan lain adalah agar digali kearifan lokal dan diperlombakan. Ada juga tawaran bila ini memungkinkan dari berbagai aspek untuk Pesparani dan Pesparawi tahun depan bisa digabungkan untuk pembukaan dan penutupan. Namun ini masih pada tahap wacana.
Masih pada hari yang sama, bapak Dharma Oratmangun, S.Sos, M.Si/Ketua Lembaga Management Kolektif Nasional membawakan materi mengenai Pemahaman Hak Cipta dan Pengelolaan Royalti.
Hari kedua Munas diisi dengan rapat komisi. Ada dua komisi yang dibentuk yakni komisi 1 yang membahas Statuta LP3K dan komisi 2 yang membahas Juknis Pesparani. Rapat komisi pada hari ini belum selesai karena juga diadakan Perayaan Ekaristi yang ditempatkan di aula Kementerian Agama RI. Misa pembukaan dipimpin oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM dan diampingi oleh beberapa pastor yang juga para peserta Munas.
Setelah Perayaan Ekaristi, Munas dibuka oleh Menteri Agama RI, Prof. Nazaruddin Umat. Dalam sambutannya, Nasaruddin mengapresiasi filosofi dan spirit di balik terbentuknya LP3K Nasional (LP3KN) yang dinilainya bukan sekadar ajang syiar keagamaan, tetapi juga sebagai wadah penghayatan spiritual melalui liturgi dan nyanyian-nyanyian suci.
"Yang bisa membersihkan suasana kebatinan kita, bisa meluruskan jalan pikiran yang mungkin bengkok, bisa meneguhkan langkah-langkah yang mungkin lunglai, dan juga melembutkan jiwa yang sedang mengeras," sambungnya.
Nasaruddin juga menyebut LP3KN sebagai "bengkel spiritual" yang mampu memperbaiki hati dan jiwa yang rusak akibat berbagai pengaruh negatif, termasuk virus sosial dan globalisasi.
Menurutnya, tradisi keagamaan seperti yang diusung LP3KN perlu terus dikembangkan sebagai bentuk pendidikan karakter dan pusat kreativitas rohani. LP3KN ini adalah semacam bengkel spiritual, pusat kreativitas rohani hati yang sedang rusak karena berbagai macam virus sosial masyarakat, virus globalisasi itu harus diperbaiki oleh lembaga-lembaga tradisi keagamaan," jelasnya.
Lebih lanjut, Nasaruddin berharap LP3KN bisa menjadi jembatan dialog antarumat beragama, mempererat hubungan antara ajaran agama dengan para pemeluknya, dan mencegah adanya kepribadian ganda dalam praktik kehidupan spiritual dan duniawi.
"Kita berharap tradisi-tradisi keagamaan seperti LP3KN ini harus memberikan dampak yang sangat luhur dalam diri kita masing-masing. Juga menjadi jembatan dialog untuk mempertemukan rekan-rekan kita yang berbeda iman," tutupnya.
Adapun perwakilan dari Sulawesi Barat pada munas tersebut adalah P. Oc. Samson Bureny, Pr, penasihat LP3KD Provinsi, Petrus Tandilodang, pembimas Katolik Sulawesi Barat, dan Anton Ranteallo, ketua LP3KD Provinsi Sulawesi Barat.
Kontributor : Anton Ranteallo – Sekretraris LP3KD Provinsi Sulawesi Barat
