Menag Nasaruddin Lantik PPPK, Tegaskan Trilogi Kerukunan Jilid II sebagai Pondasi Kehidupan Harmonis

Menteri Agama Nasaruddin Umar

Jakarta (26 Mei 2025) — Di hadapan puluhan ribu peserta yang mengikuti pelantikan secara hybrid, Menteri Agama RI, Menag Prof. Nasaruddin Umar, menyampaikan pesan mendalam tentang tanggung jawab moral dan spiritual aparatur negara. Dalam momentum pelantikan 70.010 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Menag memperkenalkan sebuah konsep yang sarat nilai kemanusiaan dan spiritualitas: Trilogi Kerukunan Jilid II.

Konsep ini lahir dari refleksi panjang tentang pentingnya membangun harmoni, bukan hanya di antara sesama manusia, tetapi juga dengan alam dan Tuhan. Sebagai pelayan masyarakat dan penyambung nilai-nilai agama, Menag menegaskan bahwa tugas Kementerian Agama adalah mengajak umat mendekat pada nilai-nilai ilahi. Namun ajakan itu, katanya, harus dimulai dari diri sendiri.

“Bagaimana kita bisa mengajak umat kepada kebaikan, jika hati dan perilaku kita belum bersih? Jangan sampai kita mengarahkan orang pada cahaya, sementara kita sendiri berjalan dalam kegelapan,” ungkap Menag dengan penuh keprihatinan.

Trilogi Kerukunan Jilid I yang selama ini dikenal — kerukunan internal umat beragama, antarumat beragama, dan kerukunan antara umat dengan pemerintah — kini dikembangkan menjadi Trilogi Jilid II, yang meliputi kerukunan antarsesama manusia, kerukunan antara manusia dan lingkungan alam semesta, dan kerukunan antara manusia dan alam untuk tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Apapun latar belakang agama dan etnisnya, kita ini sama-sama manusia. Jangan saling menyakiti, jangan saling menghancurkan,” ujar Menag, menegaskan makna kerukunan pertama.

Dalam pilar kedua, Menag mengajak untuk melihat alam semesta bukan sekadar objek yang bisa dieksploitasi, tetapi sebagai sahabat yang ikut bertasbih. “Tanaman, binatang, bahkan batu-batuan adalah makhluk Tuhan yang turut memuji-Nya. Kita harus memperlakukan mereka dengan kasih sayang,” pesannya.

Sementara kerukunan dengan Tuhan — pilar ketiga — menjadi pengingat bahwa hubungan spiritual bukan hanya tentang ritual, tetapi pemahaman mendalam akan keterbatasan manusia di hadapan Sang Pencipta. “Kita ini ibarat cangkir kecil di hadapan samudra. Maha Suci Allah atas segala yang kita perkirakan,” kata Menag dengan penuh hikmah.

Dari konsep ini lahirlah gagasan besar yang kini tengah diperjuangkan Kementerian Agama: ekoteologi. Sebuah pendekatan keberagamaan yang menyatukan cinta pada Tuhan dan kepedulian terhadap bumi. Menag mengingatkan, sudah waktunya bahasa agama digunakan untuk merawat alam.

“Jangan sampai kita membuang sampah ke sungai tanpa merasa bersalah. Itu bukan hanya soal kebersihan, tapi juga soal iman,” tegasnya.

Sebagai langkah konkret, setiap PPPK sebelum dilantik diwajibkan menanam pohon. Harapannya, kantor-kantor Kementerian Agama di seluruh Indonesia bisa berubah menjadi ruang hijau yang hidup dan menenangkan. “Kalau mau ke taman hijau, datang saja ke kantor Kementerian Agama,” ucap Menag sambil tersenyum.

Lewat pelantikan ini, Kementerian Agama bukan hanya memperkuat barisan ASN yang profesional, tetapi juga menanamkan nilai kerukunan sebagai napas pelayanan. Kerukunan yang bukan hanya antarumat, tapi menyatu dalam harmoni semesta dan kedekatan pada Tuhan Yang Maha Esa.


Wilayah LAINNYA