Judul di atas terinspirasi dengan salah satu surah dalam Al-Qur'an yaitu surah Al Insyirah, yang di dalamnya termuat ayat "Sungguh, bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Bersama kesulitan benar-benar selalu ada kemudahan." (Al-Insyirah : 5 - 6). Dari aspek kebahasaan ayat ini cukup menarik, karena ayat ini, terulang dengan ayat yang sama, dalam ilmu bahasa, ini masuk dalam tauqid lafdzi. Menariknya juga karena dimulai dengan huruf penegasan yaitu "Inna", berarti ayat ini penting karena diperkuat dengan lafadz yang diulang dan mulai dengan kata "Inna", yang juga berarti penguatan.
Dengan melihat secara teks tentu ada kaitan antara kesulitan dan kemudahan, dua kata yang bertolak belakang. Kalau kita lihat terjemahan di atas bahwa bersama kesulitan selalu ada kemudahan, dan bisa dipahami juga bahwa kebahagiaan selalu ada bersama-sama penderitaan. Yang menarik adalah bahwa Tuhan mendahulukan kesulitan atau Al usr ketimbang kemudahan atau Al yusr, tentu ada makna di balik ini, sama juga di surah Al Fatihah, kenapa lebih duluan "kepadamu aku menyembah", daripada "kepadamu meminta pertolongan", tentu ada makna yang di balik semua itu, Tuhan maha mengetahui, dan manusia harus mempelajari makna-makna teks ayat tersebut.
Dalam pandangan Kang Jalal, panggilan akrab Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat, dalam salah satu bukunya dikatakan, bahwa menjadi karakter kebanyakan manusia, kita cenderung lebih memperhatikan penderitaan ketimbang kebahagiaan, something wrong lebih mengalihkan perhatian daripada something right. Sebuah gigi yang sakit akan lebih diperhatikan daripada sekian gigi yang sehat. Satu anggota badan yang sakit akan lebih menyita perhatian daripada anggota-anggota badan lain yang tak sakit.
Dengan melihat ayat ini, bahwa setiap kesulitan bersama kemudahan, bahwa setiap menghadapi kesulitan pasti di situ ada kemudahan, artinya bahwa kesulitan itu satu paket dengan kemudahan. Tidak ada kesulitan yang tidak menghasilkan kemudahan, dan tidak ada kemudahan yang tidak didahului dengan kesulitan. Itulah rumus yang ditawarkan oleh Al-Qur'an, sebagai makhluk yang beriman, yang percaya ajaran-ajaran yang diturunkan oleh Tuhan kepada manusia, mesti kita yakin seberat apapun tantangan atau kesulitan yang kita hadapi, di situ ada cahaya ilahi di balik kesulitan tersebut.
Dalam sudut pandang psikologi, terhadap dua ayat tersebut di atas, ada peribahasa yang mengatakan "always there is silver line in the cloud." selalu ada garis perak di antara awan kelabu. Peribahasa ini memang tidak sebanding dengan kedua ayat tersebut, peribahasa ini mengisyaratkan bahwa di tengah penderitaan ada secercah kebahagiaan, tentu saja bahasa secercah sudah tentu sedikit. Dan maksud dari dua ayat di atas lebih luas lagi pengertiannya, bisa digambarkan "setitik kelabu diantara hamparan cahaya." Jadi yang sebenarnya yang sedikit itu kelabu, penderitaan. Namun, karena seluruh perhatian tertuju pada penderitaan itu, dengan mengabaikan kebahagiaan yang ada, maka penderitaan itu tampak lebih besar.
Di situlah kelemahan dari kebanyakan manusia karena lebih banyak atau condong melihat kesulitan atau penderitaannya, tanpa tertarik untuk melihat di balik kesulitan atau penderitaan tersebut, bahwa kesulitan tak berdiri sendiri, ia selalu berdampingan dengan kemudahan. Bahkan, Allah perlu mengatakan itu dengan kalimat-kalimat penegasan, yaitu dengan menyebut dua kalimat tersebut dan juga didahului dengan kata penegasan, yaitu dengan huruf "Inna", yang berarti sesungguhnya.
Dengan memperhatikan paradigma di atas bahwa kita perlu merubah sudut pandang kita yang selama ini banyak manusia yang keliru, dengan selalu mengedepankan kesulitan tanpa mencoba untuk melihat di balik kesulitan itu terdampar banyak kemudahan, dari sudut kebahasaan perkataan, kata Al usr itu memakai "Al", sedangkan kata yusr itu tidak memakai "Al", dalam kajian linguistik tentu ada perbedaan di antara keduanya. Al Usr pengertiannya tertentu atau terbatas, sedangkan yusr secara umum atau meluas, dengan pendekatan bahasa ini, artinya bahwa kesulitan itu berada di bawah kemudahan-kemudahan yang begitu luas, di balik kesulitan ada begitu banyak kemudahan, kalau manusia mencoba untuk merenungi dan berefleksi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.
Begitulah bahasa Al-Qur'an mengajarkan kepada kita bahwa bersama kesulitan benar-benar selalu ada kemudahan. Jangan habiskan perhatian kita pada penderitaan dan kesulitan, sebab itu akan membawa pada penderitaan dan kesulitan selanjutnya, melainkan arahkan perhatian kita kenikmatan yang ada, niscaya kita akan menjadi hamba yang bersyukur. Dengan paradigma seperti itu, kita akan terbebas dari kesulitan yang berat dan lebih banyak melihat kepada kemurahan Tuhan, yakni bahwa di balik berbagai tantangan di hadapan kita, terhampar begitu banyak kenikmatan-kenikmatan Tuhan. Dan itu akan menambah rasa syukur kita kepada Tuhan.
Dengan rasa syukur tersebut, Tuhan pasti membalas yang lebih banyak lagi kenikmatan-kenikmatannya, sebagaimana janji Tuhan dalam Al-Qur'an, jika kamu bersyukur, pasti akan Kutambah nikmat-Ku, tetapi kalau engkau kufur, atau tidak bersyukur, adzabku sangatlah pedih. Begitulah cara kita dalam menghadapi berbagai kesulitan, kita harus percaya dengan ayat-ayat Tuhan, seperti yang ada di surah Al Insyirah ini. Kita tidak boleh hanya melihat ujian-ujian Tuhan kepada manusia, tapi di balik ujian tersebut, banyak sekali kemurahan-kemurahan Tuhan yang dicurahkan kepada manusia.
(Bumi Pambusuang, 13 Februari 2025)
