Mamuju (Humas) -- Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia atau biasa disingkat AKMI adalah salah satu Komponen yang menjadi fokus pada program REP-MEQR (Realizing Educations Promise Madrasah Education Quality Reform). AKMI merupakan komponen kedua yakni penerapan sistem penilaian hasil belajar.
Hal tersebut dijelaskan Kepala Bidang Pendidikan Madrasah H. Misbahuddin dalam sambutannya sesaat sebelum membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Implementasi Program Realizing Educations Promise Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR) Tahun 2024 untuk Komponen 2 dan 3, pada Sabtu (06/07/2024) di Hotel Grand Putra Mamuju.
H. Misbahuddin menjelaskan bahwa AKMI merupkan asesmen diagnostik untuk memeriksa tingkat literasi siswa madrasah. AKMI memeriksa literasi membaca, numerasi, sans dan sosial budaya. Dengan AKMI akan diketahui jenjang kemahiran literasi siswa antara lain perlu pendampingan, dasar, cakap, terampil dan perlu ruang kreasi.
Pada fase awal, AKMI hanya dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) kemudian dikembangkan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan kemudian di Madrasah Aliyah (MA). MI di kelas 5, MTs kelas 8, dan MA kelas 11.
AKMI ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan oleh madrasah-madrasah kita menyangkut kemampuan literasi dan numerasi anak-anak didik. Sejauh mana hasil belajar yang ada di madrasah kita terutama yang menjadi sasaran.
Di lain pihak juga, Kemendikbud mengadakan evaluasi hasil belajar melalui ANBK. Tujuannya sama tapi metodologinya yang berbeda. AKMI menyertakan seluruh siswa kelas 5, kelas 8 dan kelas 11. Tapi ANBK hanya mengambil sampling dari beberapa siswa di madrasah.
“Keduanya penting dijalankan untuk dijadikan acuan dalam memberikan penilaian terhadap anak-anak didik. Namun yang masih menjadi problem, kita sudah melakukan evaluasi hasil belajar namun kita belum pernah menggunakan hasil belajar itu dalam upaya membuat perencanaan pembelajaran,” jelas H. Misbahuddin.
Harapannya hasil AKMI dibuka di masing-masing jenjang baik di tingkat satker, kabupaten dan provinsi supaya kita tahu apa yang menjadi hasil belajar anak-anak didik kita.
“Saya berharap di tingkat provinsi, katim kurikulum membaca hasil AKMI dan ANBK, di mana letak kelemahan anak-anak kita. Apakah di leterasi membaca, literasi sains atau literasi budayanya. Itu harus dilihat karena itu diharapkan menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kita di masa yang akan datang,” lanjutnya.
Lebih lanjut lagi Kabid Pendidikan Madrasah menjelaskan, saat ini ia bersama tim guru sedang mencoba memanfaatkan data hasil evaluasi siswa untuk menjadi acuan dalam membuat perencanaan pembelajaran.
“Jika selama ini guru masuk mengajar yang penting menyelesaikan target kurikulum maka ke depan kita tidak ingin seperti itu. Kita ingin guru kita mendudukan posisi setiap siswa kemudian membuat perencanaan pembelajaran,” terangnya.
“Kita satukan nilai RDM, ANBK, AKMI serta nilai PPRA dan P5. Setiap siswa diprofiling tentang kondisi belajarnya. Dengan mengetahui kondisi siswa bisa dilakukan intervensi. Bagaimana proses pembelajaran didesain sedemikian rupa agar bisa merubah hasil belajar siswa baik dari sisi akademis siswa dan behaviour siswa. Jika dari sisi behaviour ada anak yang malas maka guru harus mendesain metode pembelajaran yang bisa membuat anak tersebut bisa menjadi rajin,” jelasnya seraya memberi gambaran.
Saai ini sedang kita rancang, dengan MAN 1 Mamuju dan MTsN 1 Mamuju yang menjadi pilot project. Akan dibuat profiling siswa, profiling tersebut menjadi acuan untuk melakukan intervensi dalam proses perencaan pembelajaran, guru-guru akan masukkan hal-hal yang nanti menjadi kekurangan anak didik.
“Jadi bukan lagi mengajar hanya untuk masuk menyelesaikan jam pelajarannya dan menyelesaikan target pembelajaran sesuai JP yang ada di kurikulum. Namun betul-betul mengajar anak didik sesuai dengan kebutuhan anak didik. Bukan berdasarkan maunya guru, namun berdasarkan kebutuhan anak didik,” tegasnya.