Puasa, Ibadah Yang Diawasi Langsung Oleh Tuhan

Hamzah - Guru MA Nuhiyah Pambusuang

Dari sekian banyak ibadah, puasa Ramadan dapat dikatakan ibadah yang sangat berbeda dengan jenis ibadah lainnya, karena ibadah ini langsung diawasi oleh Tuhan. Pengawasan langsung itu membuat puasa melahirkan manusia bertakwa, sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci Al-qur'an bahwa puasa diwajibkan agar manusia mampu meraih derajat takwa.

Keunikan puasa sedemikian "tersembunyi" sehingga bisa saja seorang berpuasa, tapi diduga tidak berpuasa atau sebaliknya. Ketersembunyian puasa sama dengan ketersembunyian keikhlasan yang tidak seorang pun mengetahui hakikatnya, kecuali Tuhan Yang Maha Mengetahui.

Maka inilah salah satu makna dari kata puasa itu "untuk-Ku" dalam salah satu hadis Nabi Muhammad saw. Penisbatan puasa langsung kepada Tuhan itu adalah bentuk penisbatan kemuliaan dari aspek keikhlasannya. Jadi, kalimat puasa itu "untuk-Ku" bukan dalam arti manfaatnya untuk Tuhan, melainkan Tuhan sendirilah yang langsung menentukan kadar ganjarannya.

Kemuliaan bulan Ramadhan menjadikan setiap ibadah di dalamnya istimewa terutama ibadah puasa. Ia merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai derajat takwa, dan salah satu jalan mendapatkan ampunan Tuhan. Di bulan inilah kita mendapatkan kesempatan yang sangat baik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Maka hendaknya setiap saat dalam sujud kita harus benar-benar merendahkan diri serendah-rendahnya, merintih dan menangis memohon ampunan-Nya. Kita mohonkan ampun dosa yang sudah menggunung tinggi yang membebani pundak ruhani kita dengan memperpanjang sujud dan munajat kepada Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Pengampun.

Malam-malam Ramadhan kita hidupkan dengan dzikir dan ibadah dengan rasa khusyuk dan penuh pengharapan. Kita lawan rasa malas demi mendapatkan ampunan dan kesucian jiwa. Sebab sungguh merugi kata Nabi saw, bagi siapa yang mendapatkan Ramadhan tapi dosanya tak diampuni. Semoga kita mampu membersihkan diri dan kembali ke fitrah yaitu menjadi manusia rohani setelah berpisah dengan bulan suci ini.

Di dalam perintah berpuasa terdapat banyak hikmah yang bisa kita simak. Satu di antaranya adalah melatih kesabaran menjaga lisan agar berhati-hati dalam bicara. Mengapa penting untuk menahan mulut agar tidak bicara sembarangan? Sebab, kata Nabi Muhammad saw bahwa dosa yang paling banyak menjerumuskan anak cucu Adam adalah  lidahnya.

Sedikit bicara juga merupakan salah satu resep mendapatkan ketenangan batin yang nantinya bisa membantu pelakunya meraih gelar ketakwaan sebagaimana tujuan puasa.

Dalam kitab suci Al-Qur'an juga diceritakan kisah tentang puasa bicara yang dilakukan oleh Nabi Zakariya dan Sayyidah Maryam selama menjalani Nadzarnya sampai akhirnya do'anya dikabulkan oleh Tuhan.

Dalam konteks hari ini, puasa bicara tidak hanya sebatas menahan mulut atau berkata-kata buruk secara verbal, akan tetapi lebih jauh dari itu termasuk di dalamnya adalah tidak berkomunikasi visual atau lewat media sosial dengan cara menahan jari memposting hal-hal buruk yang bisa menimbulkan kegaduhan di ruang publik.

Point pentingnya adalah semakin seseorang sedikit berbicara semakin berpeluang ia meraih tingkatan puasa level tertinggi dan mendapatkan anugerah besar dari Tuhan.


Opini LAINNYA

Antara Kefakiran dan Kekufuran

Tradisi Intelektual Mati Suri

Orientasi Sosial Keimanan

Belajar Islam Ke Prof Harun Nasution

Niat Yang Terbelokkan

Burhanuddin Hamal : Perang Terbesar