Ketika Adam dan Hawa disuruh tinggal di surga, Tuhan langsung memerintahkan keduanya untuk menikmati apa yang ada disurga sekaligus melarang untuk mendekati satu pohon, jadi Tuhan memberikan perintah sekaligus larangan kepada Adam, yang hakekatnya itu adalah agama, dan keberagamaan itu sudah diperankan oleh Adam dan isterinya, dan beragama adalah menjalankan instruksi Tuhan, yaitu petunjuk berupa perintah dan larangan. Dan perintah dan larangan ini berlaku terus-menerus, baik ketika berada di surga, maupun ketika Adam meninggalkan surga karena melanggar perintah Tuhan.
Petunjuk yang diturunkan oleh Tuhan melalui agama, hakekatnya adalah untuk kemaslahatan manusia, menjalankan petunjuk Tuhan berupa perintah dan larangan sebagaimana yang diperankan oleh Adam dan isterinya, Adam mengalami ketenangan dan ketentraman ketika menjalankan perintah untuk menikmati apa yang ada disurga, ini artinya bahwa menjalankan segala perintah Tuhan itu akan membuat kita tenang, tentram karena perintah itu sesuai dengan fitrah atau jatidiri manusia.
Namun ketika Adam mencoba untuk melanggar, karena Tuhan melarang untuk mendekati pohon, namun Adam mencoba untuk mendekat ke pohon yang terlarang, langsung terusir dari surga, itu adalah simbolisasi bahwa ketika kita melanggar larangannya, hakekatnya kita terjatuh atau terjauh dari zona nyaman yang telah disiapkan oleh Tuhan. Simbol perintah dan larangan ketika kita jalankan perintah dan menjauhi larangannya, kita akan merasakan kedekatan dengan Tuhan. Dan membantah perintah dan melaksanakan larangannya, kita akan mengalami keterjauhan dari rahmat Tuhan.
Begitulah logika agama, yang menjadi dasar dalam beribadah kepada Tuhan. manusia adalah fitrah Tuhan, kejadiannya punya andil Tuhan dalam pembentukannya. Ketika Tuhan memproklamasikan kepada manusia, Tuhan mengatakan kepada seluruh manusia sewaktu masih berada dalam alam rahim, Tuhan mengatakan "Bukankah Aku ini Tuhanmu?, serentak kita semua menjawab pada waktu itu, betul engkau adalah Tuhan kami, Kami bersaksi semua. ini adalah perjanjian azali yang kita ucapkan dihadapan Tuhan, tidak seorangpun yang mengelak dalam pertanyaan Tuhan, semuanya setia akan mempertuhankan Allah.
Namun dalam perjalanannya, ada saja manusia yang mencoba menghindar dari pernyataan Tuhan tersebut, mereka mencoba melawan fitrahnya, seperti beberapa raja-raja masa lalu, yang mencoba mendeklarasikan dirinya sebagai penguasa, namun akan ada golongan yang mencoba mengingatkan, bahwa kebenaran akan tetap muncul. ini dipelopori oleh para Nabi, dan ulama-ulama yang tetap konsisten dalam menerima warisan dari para Nabi, sekalipun tantangan yang mereka hadapi sangat berat, namun catatan sejarah yang mereka tinggalkan menjadi bahan bacaan bagi generasi-generasi berikutnya.
itulah logika agama yang akan selalu muncul, yang telah diwariskan pertama kali oleh generasi pertama yaitu para Nabi, mereka konsisten dalam menjalankan diktum-diktum agama, bahwa perintah dari Tuhan, dan larangannya itu akan menjadi legacy yang baik, bahwa perintah dan larangan itu akan bermanfaat untuk kemajuan peradaban kemanusiaan kedepan. Logika agama adalah logika yang jelas, mudah dipahami, sebagaimana ada pernyataan bahwa agama itu mudah. Dan Nabi telah memberikan pernyataan kepada para sahabatnya dan umatnya untuk mempermudah urusan.
Yassiruu walaa tuassiruu, mudahkanlah jangan mempersulit, bahkan salah satu ayat dalam Al-Qur'an, bahwa sesungguhnya setiap ada kesulitan, pada hakekatnya adalah kemudahan yang terkandung didalamnya. begitulah Nabi dalam mengajar para sahabatnya, bahkan dalam berdakwah atau menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada para sahabatnya, lebih mengutamakan hikmah, cara-cara bijak, penuh hikmah, bukan dakwah yang penuh ancaman. Pesan-pesan yang baik, dikemas dalam bahasa yang dan mudah dicerna dan mudah diterima, disertai dengan referensi yang sahih atau falid, atau bahasa hadisnya "jadilhum billati hiya Ahsan".
Nabi dikenal dikenal dalam menyampaikan dakwahnya atau pesan-pesan keagamaannya, dikenal dengan istilah "jamiul kalimi", bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh Nabi itu punya makna yang dalam, ringkas tapi padat makna, tidak bertele-tele, mudah dipahami oleh para sahabat, penuh hikmah, dan jelas. ini adalah salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi, karna perkataan-perkataannya jelas dan mudah dicerna dan penuh hikmah, dakwah-dakwah Nabi tidak panjang, tapi ringkas dan mengandung banyak hikmah.
Salah satu ciri Nabi dalam menyampaikan ajaran agama yang diterima dari Tuhannya adalah melalui dialog dengan para sahabatnya. Nabi lebih banyak mengajarkan kepada para sahabatnya lewat jalan dialog, karena itu fokus kepada persoalan atau tema pembahasan. Kita banyak mendapati hadits-hadits dialog, misalnya biasanya Nabi bertanya kepada para sahabat, maukah aku tunjukkan kepadamu....., Tahukah engkau amal yang paling baik...., Siapakah manusia yang terbaik....., Siapa orang yang muflis itu....., dan berbagai pertanyaan lainnya. Dan kadang-kadang sahabat yang bertanya kepada Nabi. Metode dialog seperti ini, sering kali dipraktekkan oleh Nabi, dan metode ini sangat sangat cocok dengan pengajaran Nabi yang dikenal dengan "jamiul kalimi", yaitu metode dakwah Nabi yang singkat dan penuh makna atau syarat makna.
Logika-logika dakwah Nabi, seperti ini yang membuat Nabi berhasil dalam memberikan pemahaman keagamaan kepada sahabatnya sehingga tercipta suatu pemahaman keagamaan yang paripurna. Logika keagamaan seperti yang diajarkan oleh Nabi perlu mendapat perhatian kita semua, untuk dicoba digali kembali kembali ajaran-ajaran yang telah Nabi wariskan kepada kita semua. Nabi telah memberikan teladan kepada kita semua, saatnya kita meneladani ajaran-ajaran Nabi yang begitu berharga untuk pengembangan ajaran-ajaran Islam hari ini dan waktu-waktu yang akan datang.
(Bumi Pambusuang, 30 Januari 2025)
![](/storage/posts/big/1738164090.jpg)