Potongan judul di atas diambil dari potongan ayat Al-Qur'an, bahwa setiap yang ada di atas bumi akan binasa. Itulah hukum Tuhan, yang akan berlaku selama-lamanya. Selain Tuhan, itu berlaku hukum Tuhan ini, bahwa semuanya akan binasa, tidak ada perbedaan di hadapan Tuhan, semuanya akan mengalami kehancuran atau kebinasaan atau dalam bahasa Al-Qur'an, akan mengalami "faan", atau fana. Itu adalah peringatan Tuhan untuk umat manusia, agar manusia dapat merenungi pernyataan Tuhan ini, bahwa eksistensi umat manusia di dunia ini tidaklah abadi. Manusia akan mengalami proses dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Mulai dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, sampai menjadi tua dan akhirnya kembali kepada Tuhan. Keberadaan kita di dunia ini, hakekatnya adalah perjalanan untuk kembali kepada Tuhan. Kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadanya. Kita adalah makhluk yang suci, dan dengan menjalankan ajaran agama yang diturunkan oleh Tuhan, manusia akan kembali kepada Tuhan dalam keadaan suci.
Manusia akan mengalami kerugian, bilamana tidak mengikuti petunjuk-petunjuk yang diturunkan oleh Tuhan. Manusia dikirim ke dunia ini, sudah dilengkapi dengan fasilitas dari Tuhan, berupa petunjuk-petunjuk agama, supaya manusia dapat menjalani kehidupan ini dengan dengan tenang dan damai. Manusia seharusnya selalu memberikan makna kehidupan dalam perjalanan hidupnya. Perjalanan manusia yang dimulai dari bangun tidur hingga tidur kembali hendaklah tidak berjalan secara monoton, mesti diisi dengan berbagai kebaikan atau catatan amal yang punya manfaat baik untuk dirinya, lebih-lebih untuk nilai-nilai kemanusiaan.
Tuhan sudah memberikan dua jalan kepada manusia, yaitu jalan kebaikan dan keburukan, atau dalam bahasa Al-Qur'an dikatakan, Saya mengilhamkan kepada manusia "fujur" atau sesuatu yang tidak baik dan "taqwa" atau jalan yang di ridhai oleh Tuhan. Keduanya ini ada dalam diri manusia. Dan manusia memiliki kebebasan, untuk memilih salah satu dari dua jalan tersebut. Ada berbagai cara yang ditempuh oleh manusia, supaya tetap mengingat berbagai cara atau jalan menuju kebaikan, dibutuhkan juga kreatifitas manusia, dengan akal yang dimiliki oleh manusia, mereka dapat membedakan jalan kebaikan dan jalan keburukan.
Untuk tetap berada dalam jalur kebaikan, atau jalan ketaqwaan, manusia mesti memanfaatkan media-media yang telah diturunkan oleh Tuhan, baik media teks maupun media yang sifatnya kontekstual. Dan itu akan menjadi sumber penyadaran umat manusia lewat perenungan-perenungan yang mendalam terhadap kedua media tersebut. Hanya jalan itu manusia dapat menemukan jati dirinya, dan memudahkan dalam meniti perjalanan menuju Tuhan.
Jalan menuju Tuhan atau pintu-pintu menuju Tuhan itu banyak, Tuhan telah menurunkan kepada manusia berbagai jalan, yang secara garis besar bisa melalui ibadah, apakah itu mahdha atau ibadah ghairu mahdha. Tuhan sudah menghamparkan kepada manusia berbagai fasilitas dalam memudahkan beribadah kepada Tuhan, baik yang ada di luar dirinya maupun yang ada didalam dirinya, begitupun teks-teks Al-Qur'an bisa menjadi perenungan dalam rangka untuk mengingat eksistensi keberadaan Tuhan, sekaligus sebagai media penyadaran untuk manusia.
Ada cerita yang sangat menarik yang diceritakan oleh Mas Komar, panggilan akrab untuk Prof Komaruddin Hidayat dalam salah satu bukunya. Pernah suatu ketika ada seorang raja yang sangat kaya raya, dan senang sekali mengoleksi beraneka ragam hiasan emas. Dan di kerajaannya, hidup pula seorang tukang emas yang sangat ahli, sangat kreatif, dan bijak bestari sehingga sang raja menaruh hormat kepadanya. Sang raja mendatangi di tukang emas untuk dibuatkan cincin seindah mungkin. Singkat cerita, tidak lama kemudian si tukang emas menghadap raja dan menyerahkan cincin pesanannya. Tentu saja sang raja sangat gembira dan memuji cincinnya yang sangat indah.
Namun ketika tukang emas hendak permisi, sang raja mengajukan satu permintaan lagi, "Harap kamu tuliskan kata-kata di cincin ini, kalimat apa yang bisa mengingatkan pengalaman hidupmu yang membuat dirimu dikenal sebagai orang bijak bestari dan dihormati di istana ini. Setelah banyak merenung dan mengamati kehidupan sosial serta menerawang membaca ayat-ayat semesta, akhirnya dia memperoleh inspirasi kata yang akan dituliskan di cincin tersebut, bunyinya adalah "This too shall pass", yang artinya ini pun akan berlalu. Yang searti dengan ayat Alqur'an "Kullu man alaiha faan", tak ada apa pun dan siapa pun yang abadi, semua akan berlalu berpisah dari kita.
Kata-kata yang dituliskan di cincin sang raja tersebut, menjadi tempat rujukan sang raja bila mana akan melakukan sesuatu yang tidak baik atau hal-hal buruk yang bisa menjatuhkan dirinya, langsung melihat kepada tulisan yang ada di cincin tersebut, dan kembali menyadari bahwa kita semua akan berlalu, dan membuat sang raja menyadari kembali tentang eksistensi dirinya, bahwa dia akan kembali kepada Tuhannya. Dengan melihat pengalaman sang raja dan cincin yang sangat indah dan punya pesan yang abadi yang ada di cincin tersebut, yang dapat mengubah karakter sang raja, dengan selalu merunungi tulisan atau ungkapan yang syarat dengan makna tersebut.
Begitupun dengan kita, mari menjadikan ungkapan-ungkapan dalam agama yang bisa memberikan pencerahan kepada kita untuk banyak merenung, bahwa di balik ungkapan atau firman-firman Tuhan atau perkataan Nabi, ada makna dibalik semua itu. Kita memperkuat keyakinan kita bahwa apa yang telah diwariskan oleh Nabi, itu adalah kebenaran yang abadi.
(Bumi Pambusuang, 21 Februari 2025)
