Mungkin di antara kita ada yang tidak mengucapkan niat berpuasa pada malam hari, tetapi bertekad dalam hati saja atau sama sekali tidak mengucapkannya di mulut, juga tidak di hati.
Niat merupakan salah satu rukun ibadah puasa. Waktu berniat dimulai tenggelamnya matahari sampai sesaat terbit fajar. Seseorang yang tidak berniat berpuasa, maka puasanya tidak sah.
Niat yang tidak terucap di mulut, tetapi terbesit dalam hati itu dianggap sah. Hanya saja pelafazan niat di mulut dapat membantu konsentrasi hati. Ini berarti hukum mengucapkan niat di mulut tidak wajib, tapi sunnah.
Dr. H. Wajidi Sayadi mengutip pendapat Wahbah az – Zuhailiy bahwa, adapun yang dimaksud niat di sini adalah bermaksud berpuasa, maka ketika pada malam hari dalam hati sudah bertekad untuk berpuasa besok di bulan ramadhan, maka sesungguhnya ia sudah berniat. (al – Fiqh al – Islamiy wa Adillatuhu jilid III h. 1670).
Sedangkan menurut Syekh Muhammad Nawawi al – Bantaniy, niat itu tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan di mulut tanpa kehadiran hati, sebagaimana tidak disyaratkannya mengucapkan lafal niat secara mutlak, akan tetapi disunnahkan melafalkannya karena pembacaan oleh mulut akan membantu konsentrasi hati. (Kasyifah as – Saja h. 117).
Bagaimana dengan seseorang yang lupa beniat pada malam hari hingga terbit fajar?
Quraish Shihab mengutip pendapat Abu Hanifah, jika seseorang berniat puasa Ramadhan sesudah terbitnya fajar, maka puasanya tetap sah. Di sisi lain, madzhab Maliki tidak mensyaratkan niat harus dilakukan setiap malam. Niat berpuasa sebulan penuh di awal ramadhan sudah cukup.
Berbeda lagi dengan pendapat Ali Mustafa Yaqub. Menurutnya, niat puasa sebulan penuh itu tidak cukup, karena masing-masing hari dari hari-hari ramadhan itu merupakan ibadah yang berdiri sendiri.
Wallahu a’lam bishshawab.