Masihkah Pancasila Sakti?

Oleh : Ilham Sopu

Masihkah Pancasila itu sakti, pertanyaan ini mungkin sebagian orang tidak tertarik untuk membincangkannya. Apalagi generasi hari ini, yaitu generasi Z. Di setiap upacara hari senin, pembacaan Pancasila oleh pembina upacara dan diikuti oleh seluruh peserta upacara, itu adalah seremonial yang tidak punya makna. Para peserta upacara hanya ikut pembacaan Pancasila tanpa pernah meresapi makna yang terkandung dalam Pancasila.

Pancasila seperti kata-kata yang terlontar dari mulut yang tidak punya makna apa-apa. Hari kesaktian Pancasila begitu sepi, hanya segelintir saja anak bangsa yang memposting hari kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober. Pancasila tergusur dari media sosial, digusur oleh informasi-informasi media sosial yang tidak bermanfaat yang tidak menambah kecintaan kepada negara ini.

Gambaran seperti ini yang kita saksikan hari ini, rasa nasionalisme anak bangsa kita semakin terkikis, semakin terkuras dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, nilai-nilai Pancasila yang begitu syarat dengan makna kebangsaan, itu tidak tergambarkan kepada generasi-generasi kita hari ini. Kenapa generasi kita, tidak punya rasa kebangsaan yang kuat, kurang memahami nilai-nilai Pancasila, lebih-lebih tidak mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Salah satu penyebab dari terputusnya nilai-nilai Pancasila atau tidak terwariskan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda kita hari ini, karena para pemimpin kita, para pengambil kebijakan, tidak punya perhatian atau tidak adanya political will, lebih-lebih political action, untuk mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila terhadap generasi kita hari ini.

Para pendiri bangsa ini, atau founding fathers kita, begitu besar jasanya, terhadap keberadaan negara atau bangsa ini, mereka mewariskan nilai-nilai yang begitu berharga atau fondasi kebangsaan terhadap negara ini. Konsep terhadap pondasi bangsa yakni Pancasila berhari-hari mereka pikirkan, mereka tidak berfikir secara parsial, bukan untuk kepentingan dirinya, tetapi untuk kepentingan bangsa ke depan. Betapa tulusnya para pendiri bangsa untuk memikirkan bangsa ini, supaya bisa bertahan untuk waktu yang panjang. Kita para generasi sesudahnya, hanya akan merawat dan memperjuangkan warisan yang sangat berharga tersebut.

Pertanyaannya sekarang, apakah kita sudah merawat dan memperjuangkan warisan dari para founding fathers kita, jawabannya kita lihat perjalanan bangsa pasca kemerdekaan sampai hari ini. Kita sudah membaca perjalanan bangsa ini, dalam konteks hari ini, generasi kita adalah generasi yang tuna sejarah, mereka buta terhadap perjuangan para founding fathers, para elit kita tidak punya kepedulian terhadap perjalanan bangsa yang terseok-seok pada hari ini. warisan yang begitu berharga yang telah ditinggalkan oleh pendiri bangsa kita biarkan roboh bahkan kita sendiri yang merobohkannya.

Peringatan hari kesaktian Pancasila, adalah momentum yang sangat berharga untuk melakukan pertobatan secara nasional, sebagaimana yang pernah dulu disuarakan oleh Prof Amin Rais di masa orde menjelang reformasi. Tobat nasional perlu digaungkan kembali, agar kita menyadari bahwa untuk memperjuangkan jalannya bangsa ini sesuai yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Kita jangan pernah melupakan sejarah, warisan atau titipan dari pejuang kemerdekaan mesti kita jaga, kita tidak  menggeneralisir para generasi pelanjut, penerima estafet kebangsaan ini dalam kondisi tidak punya perhatian terhadap eksistensi bangsa ini, masih banyak tokoh-tokoh yang punya perhatian yang besar untuk melanjutkan perjuangan tokoh-tokoh terdahulu yang sangat ikhlas, terhadap eksisnya bangsa ini kedepan.

Pemikiran-pemikiran tokoh bangsa, seperti Prof. Buya Syafii Maarif, Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Dawam Rahardjo, Mustofa Bisri, Amin Abdullah, Haedar Nashir, Komaruddin Hidayat dan sederet tokoh-tokoh bangsa lainnya yang punya kepedulian terhadap eksistensi bangsa ini, perlu dibaca dan digaungkan kembali. Pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh tersebut sangat sesuai dengan kondisi Indonesia yang plural dan majemuk. Itu salah satu jalan untuk memperbaiki bangsa yang sedang sekarat ini, perlu merefresh kembali pemikiran-pemikiran kebangsaan dari para pemikir garda depan dalam rangka mengembalikan kembali arah bangsa ini, sebagaimana yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa ini.

Kembali ke judul di atas, masihkah Pancasila itu sakti?, Pancasila itu tetap sakti dalam konsep, Pancasila tetap sakti dalam idealitas, tetapi mati suri dalam konsep realitas. Perlu jurus baru dalam mengkampanyekan kembali Pancasila sebagai falsafah negara, ideologi negara, serta pandangan hidup bangsa. Kita kembalikan ideologi Pancasila sebagai asas dalam bernegara, nilai-nilai Pancasila adalah nilai-nilai yang menjadi penyatu bangsa yang berbhinneka dan plural ini.

(Bumi Pambusuang, 1 Oktober 2025)


Wilayah LAINNYA