Pokjaluh KUA Tinambung Lakukan Pencerahan Keagamaan di SMPN 06 Tinambung

Pokjaluh KUA Tinambung Lakukan Pencerahan Keagamaan di SMPN 06 Tinambung

Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Agama KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar melakukan Pencerahan Keagamaan Dan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) di SMPN 06 Tinambung, Kamis 06/06/2024.

Kegiatan yang berscedule tiga kali dalam sebulan ini menyambangi sekolah-sekolah di bawah naungan Kemenag dan Diknas Se Kec. Tinambung. Hal ini dimaksudkan untuk mengawal dinamika dan pertumbuhan kepribadian peserta didik ke masa depan.

Mewakili pihak sekolah, Rahmadi, S,Pd, MM, mengapresiasi kegiatan ini yang ending-nya tentu saja diharapkan membangun capaian pendidikan berbasis keseimbangan (kolaborasi antara aspek keilmuan, prinsip kebangsaan dan spritualitas).

Diantara dampak dinamika zaman yang saat ini cukup "menggelisahkan" adalah semakin tergerusnya minat para generasi untuk tahu membaca Al-Qur'an plus memahami hal-hal keagamaan lainnya (khususnya yang beragama Islam). Jika pergeseran nilai ini dibiarkan maka pragmatisme sosial kita akan semakin berseberangan dengan tujuan pendidikan yakni untuk mewujudkan Manusia Indonesia Yang Seutuhnya.

Muatan keseimbangan yang termakna pada kata SEUTUHNYA itulah penting "diikhtiyarkan" dalam bentuk tatanan pendidikan yang tersinergi antar pihak terkait. Disadari atau tidak, banyak hal yang kelak bisa terjadi akibat ketidak-seimbangan nilai-nilai pendidikan di kalangan generasi. Radikalisme bahkan Sekularisme adalah fakta yang bukan tak mungkin menjadi inti sasarannya. Padahal ketika agama diposisikan sebagai tatanan penyeimbang, bukankah selain mengajarkan ritualitas, mencintai tanah air (dimensi sosial) pun adalah bagian yang tak terpisahkan dari manifestasi keimanan ?.

Terkait output pendidikan, tataran kearifan lokal pun mengusung filosofi MAMEA GAMBANA TAMMA' TOPA MANGAYI (Berani, Benar dan Bertanggung Jawab plus Berwawasan Agamis) sebagai acuan profil generasi masa depan. Hal ini menitipkan pesan penting bahwa untuk bisa membangun Bangsa yang bercorak pluralis ini maka yang diperlukan adalah sosok negarawan yang agamawan atau agamawan yang negarawan.

Karena itu, jika di kemudian hari kita tidak ingin diperhadapkan pada kenyataan generasi berkategori "dzurriyyatan dhiafa" (lemah dalam multi sisi) maka fungsi agama sebagai pembentuk mentalitas dan keseimbangan karakter menjadi hal yang teramat penting dibangun sejak dini (legitimasi muatan QS. An-Nisa': 9).

Ushini Waiyyakum bitaqwallah, Wallahu a'lam bisshawab.

 

Penulis/Kontributor :

Burhanuddin Hamal (Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar)


Daerah LAINNYA