Seminaris adalah siswa yang didik dan dibina di seminari yang berasal dari berbagai paroki baik dalam wilayah keuskupan sendiri maupun di luar keuskupan. Mereka ditempa dalam satu wadah yang sama untuk satu tujuan menjadi imam kelak.
Rabu, 21 Februari, Vikep Sulawesi Barat, P. Oc. Samson Bureny, Pr menjumpai para calon imam ini yang berasal dari Kevikepan Sulawesi Barat. Mereka saat ini berjumlah 31 orang dari kelas 1 hingga retorika. Setelah makan malam, mereka berkumpul bersama di aula Seminari Petrus Claver (SPC). Vikep ditemani oleh Fr. Ven, CMF serta pak Anton dan pak Arman (yang juga mantan SPC) hadir memberikan motivasi bagi formandi ini.
Pertemuan dipimpin oleh P. Sam diawali dengan perkenalan singkat para seminaris. P Sam menceritakan pengalaman beliau saat menjadi seminaris dan pamong di SPC serta berkarya di paroki. Beliau mengatakan bahwa jalani panggilan ini dengan semangat dan penuh perjuangan. Tantangan dan hambatan pasti ada tapi bila dijalani dengan serius akan berhasil. Jadi kita harus meng-up gade diri terus-menerus dengan berbagai pengetahuan.
Pak Arman yang juga pernah menjalani pendidkan di CICM menceritakan mengenai pengalam menjadi seminaris. Beliau mengatakan bahwa panggilan itu misteri maka jalani saja dengan baik dan penuh semangat. Hal senda juga disampaikan oleh Pak Anton yang juga menyelesaikan pendidikan di SPC dan Seminari Tinggi. Beliau mengatakan bahwa pintar atau tidak itu tidak menjadi soal utama melainkan bagaimana kita meningkatan diri terus-menerus.
Fr. Evan, CMF, yang tidak lama lagi akan menerima tahbisan imamat, menekankan akan kebebasan sebagai seorang seminaris. Seminaris yang ditempah dalam wadah asrama dengan para formator menemukan kebebasan diri melalui berbagai kegiatan. Kita diajar untuk bebas menentukan diri sendiri meski dibatasi oleh kebasan orang lain. Beliau juga menceritakan sekilas menganaai pendidikan yang ada di komunitas CMF, mana kala ada seminaris yang berminat bergabung setelah tamat seminari.
Setelah sering dari vikep, kedua bapak, dan Fr. Evan, Vikep juga mempersilahkan para seminaris dari semua tingkat untuk bersharing pengalaman. Sharing dimulai dari tingkat retorika kelas, 3,2,dan 1. Mereka mencoba untuk mensharingkan pengalamna hidup di seminari. Inti dari sering mereka bahwa hidup di seminari penuh dengan suka dan duka. Dengan pertemanan dan persaudaraan satu sama lain menguatkan panggilan dalam hidup bersama. Rasa bosan bahkan ingin pulang bisa terobati lewat motivasis dari rekan-rekan baik senior, medior, maupun junior.
Sembari bercerita, seminaris meneguk susu botol dan mengunyah kacang yang dibawa vikep untuk menghagatan suasana pertemuan malam itu. Pertemuan singkat ini ditutup dengan foto bersama. Selamat menjalani panggilan hidup di “jantung keuskupan” ini.