Sang Ensiklopedi Ilmu
(Catatan Singkat Annangguru Basari)
Oleh : Ilham Sopu
Kehidupan seorang Kyai identik dengan kehidupan keilmuan, yang bergumul dengan kitab-kitab klasik maupun kontemporer. Dunia Kyai adalah dunia keilmuan yang disimbolkan dengan kitab kuning. Dalam dunia pesantren setidaknya ada beberapa simbol yang menjadi ciri suatu pesantren yakni Kyai, Santri, pengajian, pondokan, dan mesjid. Secara hirarkis dalam dunia kepesantrenan Kyai menduduki posisi yang cukup sentral dalam eksistensi suatu pesantren. Maju mundurnya suatu lembaga kepesantrenan itu sangat tergantung dari peran dari seorang Kyai yang ada di pesantren. Hirarkis pendidikan seorang Kyai, tidak terlepas dari pendidikan sejak menjadi santri. Para Kyai sudah sangat matang dengan ilmu-ilmu kepesantrenan seperti ilmu nahwu dan sharaf atau ilmu tata bahasa arab, ilmu fiqih, usul fiqih, hadis, tafsir dan ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan kepesantrenan.
Kyai-kyai tradisional yang ada dikampung-kampung sangat punya peran dalam mencetak santri yang punya penguasaan terhadap ilmu-ilmu tradisional kepesantrenan. Salah satu kampung yang identik dengan pesantren tradisional adalah Pambusuang, suatu kampung yang punya aset dalam mencetak sumber daya manusia yang punya kapasitas keilmuan tradisional yang berbasis kitab kuning. Sejak dulu Pambusuang sudah dikenal sebagai tempatnya para Annangguru, sebutan untuk seseorang yang menguasai ilmu keagamaan dengan penguasaan dalam membaca kitab kuning. Para Annangguru yang ada di Pambusuang, disamping sebagai tokoh agama, juga sangat berperan dalam mengajar ilmu-ilmu agama kepada santri yang datang berbagai daerah. Para Annangguru menjadikan rumahnya sebagai tempat untuk mengajar.
Salah satu yang menjadi ciri khas, dari pesantren masyarakat yang dipimpin oleh berbagai Kyai atau Annangguru di Pambusuang, bahwa mereka itu didatangi oleh berbagai santri, para santri silih berganti mendatangi rumah-rumah Kyai, secara bergiliran, mereka hampir semua mendatangi rumah Kyai dan membaca kitab yang berbeda-beda mulai dari pengajian tingkat dasar, berupa kitab sharaf dasar sampai kepada kitab-kitab yang advance yang terdiri dari berbagai pokok bahasan. Namun kebanyakan para Annangguru mengajarkan mulai dari pengajian dasar sampai ke tingkat tinggi.
Diantara Annangguru yang punya peran yang penting dalam mengajar membaca kitab kuning di Pambusuang adalah Annangguru Basri Kalla, yang lebih populer di sapa Annangguru Basari. Peran Annangguru Basari dalam mengajarkan keilmuan khususnya dalam pembacaan kitab, mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat yang lebih tinggi, sangat dirasakan oleh para santri yang pernah belajar ke Beliau. Model cara mengajarnya sangat unik, ada ke khasan tersendiri dengan cara mengajar Beliau. Secara umum seluruh Annangguru di Pambusuang dalam memberikan pengajian atau mengajar santri hampir sama, dari berbagai sudut dalam memberikan pengertian terhadap teks bahasa kitab atau memahami bahasa kitab, ada kekhasan tersendiri.
Begitupun dengan Annangguru Basari, disamping penguasaan terhadap kajian nahwu sharaf yang sangat dalam, dan penguasaan kosa kata kitab klasik sudah sangat familier. Annangguru Basari dikenal sangat kuat untuk menelaah kitab-kitab yang menjadi sumber bacaan atau rujukan para ulama, baik yang klasik maupun kitab-kitab kontemporer. Waktu yang digunakan mengajar Annangguru Basari, adalah pagi setelah selesai shalat subuh, para santri datang secara bergelombang, berganti-gantian dengan selang waktu satu jam. Dan kitab yang diajarkan kebanyakan kitab-kitab klasik yang menjadi rujukan pondok pesantren tradisional secara umum. Santri yang sudah senior dibebaskan untuk memilih kitab apa saja yang mau dibaca, tergantung kesepakatan diantara santri dalam satu kelompok.
Metode mengajar Annangguru Basari seperti pada umumnya Annangguru di Pambusuang, para santri dipersilahkan dulu membaca satu persatu materi kitab yang akan dipelajari, setelah itu dibaca ulang oleh Annangguru sambil mengoreksi kesalahan bacaan santri dari segi nahwu dan sharafnya, sambil menterjemahkan kalimat perkalimat kitab yang dibaca. Kadang juga sangat kontekstual ketika melewati suatu bacaan yang memuat tokoh ulama klasik, dan berhenti sejenak menterjemahkan bacaan, dan menceritakan profil sang tokoh tersebut. Beliau sangat banyak pengetahuan tentang tokoh-tokoh atau ulama klasik yang banyak disinggung dalam kitab, mulai dari tanggal kelahiran, tempat kelahiran sampai kepada siapa-siapa guru sang tokoh dan murid-muridnya, dan karangan-karangan yang ditinggalkan oleh sang tokoh.
Yang menjadi ciri khas juga dari Annangguru Basari saat mengajar santrinya adalah Beliau sangat familier dengan humor-humor yang menggelitik ala Pambusuang, humor menjadi sifat yang melekat dari Annangguru Basari, baik humor yang termuat dalam kitab kuning, maupun humor-humor yang menjadi ciri khasnya, kadang juga lebih banyak bercerita dalam memberikan pengajian, tetapi cerita yang mengandung nilai-nilai keilmuan. Kebiasaan sebelum memberikan pengajian di pagi hari, beliau selalu berziarah kubur sesudah shalat subuh, dan ini diyakini sebagai kebiasaan ulama-ulama besar di Pambusuang, sesudah shalat subuh mereka menjadikan wirid mereka untuk berziarah kubur kepada ulama-ulama yang telah mendahului mereka dan kaum muslimin secara umum.
Salah seorang tokoh Annangguru Hisyam Hadi, atau akrab dipanggil Annangguru Kicang, saat memberikan kesaksian setelah salat jenazah mengatakan, bahwa Annangguru Basari adalah tempat bertanya tentang berbagai persoalan agama atau fiqih, karena sangat kuat dalam menelaah ilmu, bahkan dia sebagai tempat rujukan ilmu dan memberikan jawaban permasalahan dengan merujuk berbagai kitab, sambil menunjuk nama kitab tersebut.
Selamat jalan sang ensiklopedi ilmu, semoga ditempatkan bersama para kekasih-Nya di surga.
(Bumi Pambusuang, 19 Oktober 2023)