Jakarta (Kemenag) --- Kementerian Agama telah menerbitkan panduan penerapan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Panduan ini sudah diterapkan pada 50 madrasah pada Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) Fase 3.
Program Inovasi didukung oleh Pemerintah Australia. INOVASI Fase 3 berlangsung pada periode Maret–September 2025 dan telah menunjukkan hasil signifikan. Salah satu fokus utama kerja sama ini adalah penguatan kapasitas madrasah melalui uji terap Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) di 50 madrasah di tiga provinsi mitra, serta integrasi pendidikan inklusif bagi anak penyandang disabilitas.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Amin Suyitno, yang juga bertindak sebagai co-chair Komite Pengarah, menegaskan komitmen Kemenag dalam memperkuat ekosistem pendidikan Islam agar mampu beradaptasi dengan tantangan zaman, terutama di bidang literasi, numerasi, pendidikan karakter, dan pendidikan inklusif.
“Madrasah di bawah binaan Kementerian Agama kini menjadi bagian penting dalam gerakan pembelajaran yang lebih mendalam dan berkarakter. Melalui Inovasi, kami ingin memastikan bahwa tidak ada satu pun anak yang tertinggal, termasuk mereka yang berada di daerah 3T atau memiliki kebutuhan khusus,” ujar Suyitno dalam Rapat Keempat Komite Pengarah Nasional Program INOVASI Fase 3 yang berlangsung di Gedung Utama Kemenag, Jakarta Pusat (13/10/2025).
Rapat dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian PPN/Bappenas, serta perwakilan Pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT).
Kemenag bersama INOVASI juga mendorong pengembangan ekoteologi dan pendidikan perubahan iklim di madrasah, sejalan dengan program prioritas nasional untuk membangun kesadaran lingkungan di lembaga pendidikan berbasis agama. Upaya ini diwujudkan melalui penyusunan buku panduan dan literasi iklim bagi guru dan peserta didik madrasah.
Dalam bidang kesetaraan gender, Kemenag turut mendukung pengembangan panduan bagi guru perempuan, studi tentang kepemimpinan perempuan madrasah, dan penguatan budaya belajar yang aman serta menyenangkan. “Madrasah harus menjadi tempat belajar yang ramah, setara, dan berdaya bagi semua,” tegas Suyitno.
Tim Stapleton, Minister Counsellor Tata Kelola dan Pengembangan Manusia Kedutaan Besar Australia, menyampaikan bahwa Program INOVASI mencerminkan komitmen nyata antara Australia dan Indonesia dalam memperkuat literasi anak-anak. Sejak Maret, kemitraan ini ini telah menghasilkan sejumlah capaian penting, seperti mendukung pembelajaran mendalam bersama Kemendikdasmen, pengembangan Kurikulum Berbasis Cinta bersama Kementerian Agama, serta dukungan terhadap penyusunan kebijakan pendidikan nasional bersama Bappenas.
Rapat Komite Pengarah Nasional ini juga menjadi forum refleksi atas capaian enam bulan terakhir dan penyelarasan rencana kerja 2025–2026, termasuk dukungan regulasi pendidikan, penguatan data madrasah, dan kolaborasi lintas kementerian untuk memperluas dampak program hingga ke daerah-daerah terpencil.
Program INOVASI Fase 3 diharapkan terus menjadi contoh kolaborasi internasional yang konkret dalam memperkuat sistem pendidikan Indonesia, terutama bagi sekolah dan madrasah di bawah binaan Kementerian Agama. (Biro HKP)