Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Agama KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar melakukan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) Dan Pencerahan Keagamaan di SMK Negeri 1 Tinambung, Kamis 19/10/2023 Pukul 09.00 Wita s/d Selesai.
Agenda kebersamaan yang scedule berikutnya juga akan menyambangi sekolah-sekolah lain, baik di naungan Kemenag maupun Diknas Se Kec. Tinambung ini dimaksudkan untuk mengawal dinamika dan pertumbuhan kepribadian para anak didik. Terkait ini, realita masa depan generasi yang diharapkan adalah seimbangnya antara orientasi cita-cita Duniawi lewat disiplinn ilmu yang dimiliki dengan wawasan kebangsaan plus keagamaan sebagai tatanan pengendali (muatan QS. Al-Qashash: 77).
Mewakili pihak sekolah, Satria Abdullah S.Ag (Guru Bidang Study Agama) mengapresiasi kegiatan ini yang ending-nya diharapkan membangun nilai-nilai pendidikan berbasis keseimbangan (kolaborasi antara aspek keilmuan, prinsip kebangsaan dan urgensi spritualitas).
Salah satu dampak dinamika zaman yang saat ini cukup "menggelisahkan" adalah semakin tergerusnya minat para generasi untuk tahu membaca Al-Qur'an plus memahami hal-hal keagamaan lainnya (khususnya yang beragama Islam). Jika pergeseran nilai ini dibiarkan maka pragmatisme sosial kita akan semakin berseberangan dengan tujuan pendidikan yakni untuk mewujudkan Manusia Indonesia Yang Seutuhnya.
Muatan keseimbangan yang termakna pada kata SEUTUHNYA itulah penting "diikhtiyarkan" dalam bentuk mensinergikan tatanan pendidikan antar pihak terkait. Diaadari atau tidak, banyak hal yang kelak dikhawatirkan terjadi akibat ketidak-seimbangan nilai pendidikan di kalangan generasi. Radikalisme bahkan Sekularisme adalah fakta yang bukan tak mungkin menjadi sasarannya. Padahal ketika agama diposisikan sebagai tatanan penyeimbang, bukankah selain mengajarkan ritualitas, mencintai tanah air (dimensi sosial) pun adalah bagian yang tak terpisahkan dari manifestasi keimanan ?.
Karena itu, jika dikemudian hari kita tidak ingin diperhadapkan pada output generasi berkategori 'dzurriyyatan dhiafa' (lemah dalam multi sisi) maka fungsi agama sebagai pembentuk mentalitas dan keseimbangan karakter menjadi hal yang teramat penting dibangun sejak dini.
Terkait output pendidikan, tataran kearifan lokal pun mengusung filosofi MAMEA GAMBANA TAMMA' TOPA MANGAYI (Berani, Benar dan Bertanggung Jawab plus Berwawasan Agamis) sebagai acuan profil generasi di masa depan. Hal ini menyiratkan pesan bahwa untuk bisa membangun Bangsa yang bercorak pluralis ini maka yang diperlukan adalah sosok negarawan yang agamawan atau agamawan yang negarawan.
Ushikum wanafsi bitaqwallah, Wallahu a'lam bisshawab.
Penulis/Kontributor :
Burhanuddin Hamal (Penyuluh Agama Islam Fungsional KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar)