Dalam kalender Hijriyah tgl 17 agustus 2023, bertepatan dengan 30 Muharram 1445 H, tentunya ini punya makna yang dalam untuk memaknai kemerdekaan. Bulan Muharram secara bahasa berarti bulan yang dihormati, karena banyaknya anjuran untuk berbuat baik di bulan muharram, dan agama sangat mewanti-wanti untuk tdk berbuat yang terlarang di bulan muharram. Dalam bahasa setidaknya ada empat bulan yang dihormati yaitu muharram, zulqaidah, zulhijjah dan rajab.
Dalam sejarah para Nabi, Mereka terbebaskan pada bulan muharram, seperti Nabi Adam masuk dalam surga dan bertobat setelah menyadari kesalahan yang dia perbuat. Ibrahim selamat dari pembakaran yang dilakukan oleh raja Namrud, Musa selamat dari pengejaran yang dilakukan oleh Fir'aun, Yusuf terbebaskan dari sumur tua setelah berhari-hari meringkuk di dalam sumur karena kedengkian dari saudara-saudaranya, Ya'kub bertemu kembali dengan anaknya Yusuf, Nabi Nuh selamat dari banjir besar, Ayyub sembuh dari penyakit kulit, Yunus keluar dari perut ikan, Nabi Isa diangkat ke langit.
Membaca sejarah kenabian, adalah membaca pembebasan, sejarah kenabian adalah sejarah pembebasan atau sejarah kemerdekaan. Para Nabi adalah pembawa obor kebenaran dan pejuang kemanusiaan. Dalam menjalankan misinya sebagai pejuang kebenaran dan kemanusiaan, seluruh Nabi mengalami tantangan yang berat. Seberat apapun tantangan yang dihadapi oleh para Nabi, mereka tidak pernah putus asa dalam mendakwahkan misi kebenaran yang telah diterima dari TuhanNya, untuk disampaikan kepada umatnya.
Para pejuang kemerdekaan telah memberikan atau mewariskan negara atau bangsa yang diperjuangkan dengan pengorbanan jiwa dan untuk merebut kemerdekaan di tangan penjajah. Betapa berat perjuangan para pejuang dalam merebut kemerdekaan yang lama diduduki oleh penjajah. Semangat patriotisme sangat kuat terpendam dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka satu tujuan bersama untuk mendirikan negara atau bangsa yang merdeka. Setelah merebut kemerdekaan dan memproklamasikan kemerdekaan, tugas berikutnya yang diemban oleh para pendiri bangsa adalah bagaimana merumuskan ideologi bangsa dan ini menjadi titik perbedaan diantara para founding fathers.
Sehari setelah kemerdekaan yakni tanggal 18 Agustus, Bung Hatta, dengan jiwa patriotis mencoba untuk menyampaikan keberatan yang disampaikan oleh segolongan dari wilayah Indonesia bagian timur, tentang rumusan Pancasila sila pertama "dewan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya", Bung Hatta menjadi mediator yang ulung, dan menyampaikan usulan ini agar menghilangkan anak kalimat tersebut, demi untuk persatuan dan kesatuan bangsa. Lewat lobi dan gagasan yang argumentatif yang disampaikan oleh Bung Hatta, akhirnya para pejuang kemerdekaan berada dalam PPKI, akhirnya menerima alasan atau argumen yang disampaikan oleh Bung Hatta. Dan disepakati sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan yang maha esa.
Para pejuang kemerdekaan yang berbeda-beda latar belakang, baik dari segi agama, budaya, etnis dan bahasa bisa dipersatukan oleh rumusan Pancasila yang dirumuskan oleh para pejuang kemerdekaan. Pancasila menjadi titik temu atau dalam bahasa Al-Qur'annya "kalimatun sawa", diantara para pejuang bangsa. Semangat dan pemikiran serta keteladanan yang telah diwariskan, para founding fathers, para perumus negara kebangsaan telah berbuat, saatnya kita untuk melanjutkan. Jasa-jasa yang besar telah ditanam oleh para pendahulu kita, dengan tanaman yang sangat kokoh, akarnya menghunjam ke bumi dan rantingnya mendulang ke langi, itulah pohon kebangsaan. Warisan pohon kebangsaan harus kita pelihara dengan tetap mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara.
Saatnya para generasi penerus bangsa untuk banyak belajar sejarah berdirinya negara kebangsaan yang telah di umumkan oleh tokoh bangsa yakni Soekarno Hatta 78 tahun yang lalu. Mereka berdua mewakili berbagai tokoh bangsa dalam merumuskan dasar negara yang menjadi fondasi bangsa sampai hari ini. Pasca reformasi tahun 1998, dimana kran demokrasi semakin terbuka lebar, partai-partai baru bermunculan dengan berbagai agendanya masing-masing, disatu sisi ini punya nilai positif dalam berdemokrasi yang zaman sebelumnya, tidak dibiarkan untuk berekspresi untuk mengkritisi pemerintah sebelumnya yakni pada zaman orde baru.
Namun disisi yang lain kebebasan berdemokrasi pasca orde baru, tentu akan memunculkan kembali ideologi-ideologi puritanisme atau ideologi yang dianut kaum fundamentalis yang sangat bertentangan dengan sejarah kebangsaan yang diusung oleh para pendiri bangsa. Begitupun aliran-aliran atau faham trans nasional pasca reformasi semakin gencar atau masif masuk ke wilayah Indonesia. Faham-faham puritanis adalah faham-faham yang kaku dalam memaknai ajaran-ajaran keagamaan, Mereka tidak menghargai lokal-lokal wisdom atau pesan-pesan kultural yang berkembang di suatu daerah atau wilayah.
Para ideolog-ideolog yang ingin mengembangkan suatu faham keislaman yang kaku, dan punya rencana untuk mengubah ideologi Pancasila, mereka berpendapat bahwa Pancasila itu thagut, yang harus diganti dengan ideologi yang lain. Mereka ini, tidak faham tentang sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Mereka ingin memaksakan suatu ideologi yang bertentangan eksistensi negara atau bangsa Indonesia yang berbinneka dalam berbagai aspek. Itulah yang wajib dijaga oleh generasi penerus bangsa, dengan mengkampanyekan secara masif ideologi Pancasila, sebagai ideologi pemersatu, ideologi perekat hubungan, agama, budaya, etnis, bahasa dan lain sebagainya.
(Bumi Pambusuang, 17 Agustusan 2023)