Merawat Keberagaman Meneguhkan Kemanusiaan, Oleh : Ilham Sopu

Ilham Sopu

Judul diatas menjadi tema sentral dalam kegiatan halal bi halal jaringan Gusdurian, tema ini juga adalah yang menjadi ikon perjuangan Gusdur baik sebelum menjadi presiden, di masa presiden maupun setelah lengser dari kepresidenan. Gusdur adalah tokoh yang sangat gigih memperjuangkan nilai-nilai keberagaman dalam konteks keindonesiaan dan nilai-nilai kemanusiaan tanpa terlepas dari nilai-nilai agama. 

Jaringan Gusdurian adalah salah satu jaringan yang diinisiasi  oleh para pecinta pemikiran Gusdur dan dimotori langsung oleh Alissa Wahid yang  merupakan putri sulung dari Gusdur. Jaringan Gusdurian ini sangat massif dalam mengkampanyekan pemikiran-pemikiran Gusdur di seluruh wilayah Nusantara. Dalam konteks keindonesiaan, sejarah pendirian Nusantara ini, itu diinisiasi oleh tokoh-tokoh nasionalis yang religius, yang sangat menginginkan berdirinya negara Indonesia yang  berada dalam cengkraman kolonialisme barat.

Pemikiran Gusdur yang moderat dan sangat faham dengan  sejarah berdirinya Indonesia yang pluralistik dari berbagai budaya, suku, ras serta agama, keragaman inilah yang menjadi pekerjaan berat bagi Gusdur untuk tetap dipertahankan, ini adalah warisan terbesar yang ditinggalkan oleh para pendiri bangsa, untuk dilanjutkan oleh para generasi berikutnya salah satunya adalah pemikiran-pemikiran keragaman dan kemanusiaan dari Gusdur. 

Tantangan terberat yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah massifnya gerakan-gerakan yang mencoba mangaburkan warisan dari para pendiri bangsa yang lebih jauh berfikir kedepan untuk mengawal eksistensi bangsa yang tetap mengedepankan dan mempersatukan kondisi bangsa yang pluralistik dari berbagai segmen, seperti agama, budaya, bahasa, suku, etnis, budaya lokal sangat kental di kepulauan Nusantara ini. Kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia bukan hanya kekayaan alam yang melimpah, tetapi kekayaan budaya-budaya lokal yang punya kandungan nilai-nilai moral kultural dan itu dapat menjadi perekat antar berbagai elemen budaya dan etnis yang ada di Nusantara ini.

Adalah menjadi urgen untuk tetap memassifkan pemikiran-pemikiran Gusdur sebagai suatu pemikiran yang sangat ideal untuk tetap menjaga eksistensi bangsa ke depan, suatu pemikiran yang dapat melanjutkan misi utama para pendiri bangsa. Nilai-nilai lokal yang banyak terdapat di berbagai wilayah Nusantara itu sangat sejalan dengan misi agama yang mengedepankan kesesuaian dengan zaman dan lokalitas tempat atau nilai budaya yang menjadi sasaran dari misi suatu agama. 

Para pencinta pemikiran Gusdur atau Gusdurian, telah merumuskan pemikiran-pemikiran Gusdur. Setiap tokoh besar tentu akan meninggalkan berbagai jejak pemikiran dan itu akan menjadi landasan bagi generasi berikutnya untuk mensosialisasikan pemikiran tokoh tersebut. Katakanlah misalnya Soekarno sebagai Bapak proklamator, tentu meninggalkan pemikiran yang besar tentang konsep negara khususnya pemikiran tentang Pancasila sebagai dasar dalam bernegara. Begitupun di era modern sekarang banyak tokoh-tokoh besar yang dimiliki republik ini, yang sangat punya perhatian dalam mempertahankan eksistensi bangsa ini.

Pemikiran Gusdur adalah pemikiran yang punya elastisitas dan pemikiran yang bisa  merekatkan kembali nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan yang telah ditanamkan oleh para pendiri bangsa. Pemikiran Gusdur punya nilai-nilai universal, dan realistis. Para pelanjut pemikiran Gusdur mencoba meramu kembali, apa yang menjadi perjuangannya dalam menata Indonesia sebagai negara yang besar dan mempunyai banyak kekayaan baik kekayaan material berupa kekayaan alam yang begitu banyak, juga yang tidak kalah pentingnya adalah kekayaan kultural, tradisi lokal atau kearifan lokal yang ada di berbagai wilayah Nusantara ini.

Setidaknya dalam pandangan para pencinta Gusdur atau Gusdurian, ada sembilan nilai utama yang menjadi perjuangan Gusdur dalam menata keindonesiaan, kesembilan nilai utama tersebut adalah ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatrian,dan kearifan tradisi. Kesembilan nilai tersebut adalah identik dengan perjuangan Gusdur. Nilai-nilai tersebut sangat sejalan nilai-nilai perjuangan Nabi, selama menjalani misi dakwah baik di Makkah maupun di Madinah. Perjuangan nilai-nilai tersebut bukanlah perjuangan seperti membalikkan kedua tangan, dibutuhkan suatu semangat yang membaja dan tingkat kecerdasan yang tinggi dan akhlak yang mulia untuk bisa bertahan dalam memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai inilah yang bisa mengangkat atau membawa Indonesian seperti yang telah dicita-citakan oleh para pendiri bangsa, sebagai negara yang besar, negara kaya, baik sumber daya alam, lebih-lebih kaya dalam kearifan lokal atau budaya lokal sebagai tradisi yang sangat banyak di Nusantara ini, dan sebagai alat perekat bangsa yang harus dipertahankan oleh segenap anak bangsa yang punya jiwa nasionalisme yang tinggi.

(Bumi Pambusuang, 11 Mei 2023)


Wilayah LAINNYA