Resonansi Syi'ar Spritualitas

Pokjaluh Agama KUA Tinambung Polman lakukan Penyuluhan Tahsin Qira'atul Qur'an Dan Pencerahan Keagamaan di Masjid Darul Muraqabah Desa Sepa Batu, Kamis 05/9/2024

Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Agama KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar melakukan Penyuluhan Tahsin Qira'atul Qur'an Dan Pencerahan Keagamaan di Masjid Darul Muraqabah Desa Sepa Batu, Kamis 05/9/2024

Agenda yang kali ini dipandu oleh unsur Pokjaluh Agama KUA Kec. Tinambung, Burhanuddin Hamal dan Bakri Alwi S.Ag, menggaungkan syi'ar terkait keutamaan membaca Al-Qur'an. Tanpa terkecuali, program ini penting dibudayakan di semua kalangan mengingat fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk memang untuk mereka yang beriman dan bertaqwa (muatan QS. Al-Baqarah: 1-2). Bukankah ketika hal mempelajari cara membaca Al-Qur'an seolah dianggap urusan anak-anak saja, ahirnya kebanyakan orang tua cenderung tak percaya diri dan mengabaikan level ibadah yang satu ini ?.

Disamping kegiatan ini mengenalkan beberapa hukum bacaan Al-Qur'an (tajwid dasar) secara bertahap, muatan hikmah dari rangkaian ayat yang dilewati pun sesekali menjadi bahan pencerahan yang diharapkan berguna bagi peningkatan kesadaran beragama.

Keikhlasan membaca dan mempelajari hal-hal terkait Al-Qur'an tidak saja menjanjikan keberkahan bernilai ibadah, tetapi dengan "menertibkan" bacaannya sesuai standarisasi dasar ilmu tajwid tentu akan lebih bermanfaat bagi psikologi personal dan konsumsi syi'ar sosial.

Upaya pembelajaran untuk "memperbenar" bacaan ayat-ayat Al-Qur'an pada dasarnya menjadi bagian dari filosofi penjabaran dari sifat "Al-Haq" (Kebenaran). Demikian pula cakupan hikmah dari sifat "Al-Jamal" (Keindahan) juga menjadi motivasi untuk "memperindah" bacaan-bacaan Al-Qur'an.
Dalam hal ini, Tuhan tak hanya respek pada hal-hal "kebenaran" tetapi juga senang pada "keindahan" yang melekat pada segala sesuatu. Karena itu, pembelajaran seni dalam bertajwid (membaca Al-Qur'an) sesungguhnya menjadi bagian dari jalan resonansi spritualitas untuk bisa mengenal Tuhan.

Pencerahan keagamaan dari kegiatan ini juga diharapkan berdampak positif bagi situasi rmasyarakat dari waktu ke waktu. Misalnya saja ulasan tentang keniscayaan "hukum kausalitas" yang tersirat pada QS. Al-Isra': 7. Bukankah baik-buruknya perbuatan manusia, cepat atau lambat, ganjarannya pasti akan kembali pada oknumnya sendiri ?. Dengan begitu, tentu saja semakin kita diyakinkan bahwa tak satupun hal menyangkut diri manusia di kehidupan semesta ini yang "bebas nilai" dalam pandangan Tuhan dan sesama (legitimasi muatan QS. Al-Zalzalah: 7-8).

Ushini waiyyakum bitaqwallah, Wallahu a'lam bisshawab.

Penulis/Kontributor :
Burhanuddin Hamal (PAIF KUA Kec. Tinambung Polewali Mandar)


Daerah LAINNYA